Live Stream

Senin, 21 Juli 2008

LINTASAN PERJALANAN GKI DIPONEGORO

Masa penyemaian (1911-1957)

Penyemaian Injil di Surabaya ditandai oleh 2 (dua) perangkat.

Perangkat yang pertama adalah hasil usaha penginjilan Badan Pekabaran Injil Gereja Methodis Amerika, yang dimulai sejak tahun 1909 dan mulai berkembang di Surabaya pada tahun 1911, sasarannya adalah orang-orang Tionghoa Singkek (totok). Perangkat ini yang kemudian berkembang menjadi gereja (jalan) Sambongan.

Perangkat yang kedua dimulai dari pindahnya keluarga Sioe Tioe dari Mojokerto ke gang Bogen Surabaya. Keluarga ini adalah orang Tionghoa peranakan dan pengunjung Gereja Pantekosta di Mojokerto. Di pemukimannya yang baru di Surabaya, mereka menyelenggarakan kebaktian rumah-tangga, yang rupa-rupanya diminati juga oleh warga Tionghoa peranakan yang lain, yaitu keluarga Ong Jan Tjwan dari Salatiga, keluarga Tjoa Wie Djin dari Sukabumi dan Tan Tjiang Sien dari Gorontalo. Mereka membentuk sebuah persekutuan secara rutin, dan wadah ini merupakan perangkat bagi pengenalan Injil yang lebih langgeng, walaupun persekutuan ini masih belum memenuhi syarat untuk dapat disebut sebagai sebuah gereja. Persekutuan ini akhirnya berkembang menjadi gereja (jalan) Johar, Surabaya.

Ds. H.A.C. Hildering datang ke Indonesia pada awal tahun 1932 sebagai pendeta “Oost Java Zending” dari Gereformeerde Kerken in Hersteld Verband, Nederland. Pendeta Hildering ini amat berperan dalam perkembangan gereja-gereja di Surabaya, khususnya di kalangan orang Kristen Tionghoa di Surabaya. Masa pelayanan beliau berlangsung selama 30 tahun dan di masa pelayanan beliaulah terbuka sebuah babak baru bagi pemantapan perangkat-perangkat yang telah ada hingga berkembang menjadi lahirnya sebuah gereja.

Pada tanggal 22 Februari 1934, diputuskan secara resmi berdirinya Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) Klasis Jawa Timur. Tanggal inilah yang ditetapkan sebagai hari jadi GKI Jatim dan baru pada tanggal 18 Agustus 1935 lahirlah THKTKH yang terletak di jalan Johar 4 Surabaya.

Cikal bakal GKI adalah Bp. Oei Soei Tiong, beliau adalah pendeta pertama THKTKH. Sebelumnya beliau menjadi Guru Injil bersama-sama dengan Pdt. Hildering dan mereka telah mengembangkan Pekabaran Injil sampai ke Mojokerto, Mojosari, Malang, Bondowoso dan Bangil.

Hamba-hamba Tuhan yang melayani di THKTKH jalan Johar Surabaya adalah Ds. Kwa Yoe Liang, Ds. Thio Kiong Djien, Guru Injil Koo Bie Liong dan Ds. Oei Liang Bie.

Masa Bertunas (1958 - 1973)

Pada tahun 1958, THKTKH berubah menjadi “Gereja Kristen Indonesia Timur”, karena dalam perjalanannya, gereja ini juga membuka diri bagi jemaat dari suku-suku yang lain yang ada di Indonesia.

Dengan berkembangnya “Gereja Kristen Indonesia Timur” di Surabaya, maka pada tahun 1960 diatur pembagian daerah pelayanan yang terdiri atas :

  • daerah Pregolan Bunder (nantinya menjadi GKI Emaus)
  • daerah Diponegoro
  • daerah Residen Sudirman
  • daerah Johar

Kebaktian daerah Diponegoro

Pada awalnya, kebaktian Minggu di daerah Diponegoro meminjam gedung gereja Inggris yang terletak di jalan Diponegoro 24 Surabaya (sekarang GKJW). Kebaktian pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 1958 pk. 07.00 dan setahun kemudian, waktu kebaktian ditambah dengan pk. 17.00 mulai tanggal 1 Nopember 1959.

Aktivitas pada masa-masa ini masih terbatas hanya pada kebaktian Minggu, mengingat gedung gereja yang dipakai secara bersama-sama dengan gereja lain. Pemakaian gedung gereja Inggris ini berlangsung sampai tanggal 10 Juni 1973.

GKI daerah Diponegoro membuka cabang yang baru di Sepanjang dan meresmikan Kebaktian Minggu di Sepanjang ini pada tanggal 19 Juli 1971.

Pendeta yang melayani di GKI daerah Diponegoro sebelum pengembang-biakan adalah Ds. Han Bing Kong dan Ds. Oei Liang Bie.

Setelah mendapatkan tempat di jalan Diponegoro 146 Surabaya, pembangunan gedung gereja dimulai dan peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 22 Mei 1972, bertepatan dengan hari Pentakosta. Setahun kemudian, juga bertepatan dengan hari Pentakosta tanggal 11 Juni 1973 dilakukan Kebaktian Peresmian Gedung Gereja yang baru dan dipimpin oleh Pdt. Yahya Kumala. Kebaktian Minggu yang pertama dilakukan pada tanggal 17 Juni 1973 dengan waktu kebaktian pk. 06.00 dan pk. 16.30.

Kebaktian daerah Ngagel

Majelis Jemaat GKI daerah Diponegoro dipercaya untuk membuka pos pelayanan baru di jalan Pucang II/31 Surabaya yang memulai kebaktian Minggu pada tanggal 14 Juli 1963.

Pos pelayanan di jalan Pucang ini berkembang baik, sehingga diputuskan untuk segera membangun gedung gereja di jalan Ngagel Jaya Utara 81 Surabaya. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1966. Kurang dari setahun, pembangunan gedung gereja sudah dapat diselesaikan dan pada tgl. 13 Desember 1966 dilakukan Kebaktian Peresmian Gedung Gereja. Dengan demikian, pada tgl. 18 Desember 1966 dilaksanakan kebaktian pertama di jalan Ngagel Jaya Utara No. 81 Surabaya dengan waktu kebaktian hanya satu kali yaitu pada pk. 06.30. Sesuai dengan perkembangannya, pada tanggal 26 Februari 1967 ditambah dengan kebaktian sore.

Di bulan Februari 1969, pelayanan untuk daerah Pucang/Ngagel dilepaskan dari daerah Diponegoro dan menjadi daerah atau wilayah pelayanan tersendiri yang disebut daerah Ngagel.

Sehingga pada saat itu, GKI di Surabaya terdiri atas :

  • daerah Diponegoro
  • daerah Embong Malang (semula pinjam gedung di Pregolan Bunder)
  • daerah Residen Sudirman
  • daerah Sulung
  • daerah Ngagel

Kebaktian di cabang Sidoarjo

GKI daerah Diponegoro juga membuka cabang di daerah Sidoarjo. Kebaktian Pembukaan cabang Sidoarjo di jalan Gajahmada 21 Sidoarjo dilakukan pada tanggal 15 Mei 1966 dan dilayani oleh Ds. Han Bing Kong dan Kebaktian Peresmian Gedung Gereja GKI Sidoarjo di jalan Trunojoyo 39 Sidoarjo pada tanggal 3 Juni 1968.

Hamba-hamba Tuhan yang melayani di GKI Surabaya sebelum pengembangbiakan :

\ Ds. Han Bing Kong \ Ds. Yahya Kumala

\ Ds. Atmarumeksa \ Ptk. Sien Sriyono

\ Ds. B.A. Abednego \ Ds. Petrus Prasetya

\ Ds. Kwee Tiong Bien \ Ds. Pranata Gunawan

\ Ds. H. A. Widhiyadi

Sedangkan Majelis Jemaat GKI Surabaya yang melayani di daerah Diponegoro antara lain :

\ Tua-tua Liem Teng Lok \ Tua-tua S. Tjahjana

\ Tua-tua Tan Bian Ien \ Tua-tua H.J. Rahardja

\ Tua-tua Tan Tik Poen \ Diaken Ny. Tan Sie Tiat

\ Tua-tua Tan Bing Tjwan \ Diaken Ny. L. Tjahjana, dsb.

Pengembangbiakan GKI Surabaya

Pada tanggal 3 April 1974, dilaksanakan Kebaktian Pengembangbiakan Gereja dan dibuatkan Akta Pengembangbiakan yang ditetapkan oleh Majelis GKI Surabaya; dari 5 (lima) daerah/wilayah yang ada, menjadi gereja yang berdiri sendiri:

  1. GKI Jatim Diponegoro, dilayani oleh Pdt. Yahya Kumala dan Tua-tua Tugas Khusus Sientesia Handayani.
  2. GKI Jatim Emaus (Embong Malang), dilayani oleh Pdt. J. Atmarumeksa.
  3. GKI Jatim Ngagel, dilayani oleh Pdt. Pranata Gunawan, STh.
  4. GKI Jatim Residen Sudirman, dilayani oleh Pdt. B.A. Abednego
  5. GKI Jatim Sulung, dilayani oleh Pdt. Petrus Prasetya

Untuk menjalin kerja sama dari pelayanan gereja setempat, dibentuklah Badan Kerja sama Gereja setempat GKI Jatim Surabaya.

Salah satu keputusan pada waktu pengembangbiakan itu adalah pelayanan di cabang Sidoarjo yang dipercayakan pada GKI Jatim Diponegoro.

Masa Bertumbuh (1974 – 1985)

Setelah menjadi gereja setempat (jemaat setempat) GKI Jatim Diponegoro, majelisnya (Pendeta, Tua-tua dan Diaken) berkonsentrasi pada pembinaan jemaat agar mereka diperlengkapi untuk melakukan tugas kesaksian dan pelayanan. Karena itu dibentuklah komisi sebagai badan pembantu Majelis Jemaat, diantaranya Komisi Sekolah Minggu Kebaktian Anak (SMKA), Komisi Remaja (KR), Komisi Wanita (KW), Komisi Pekabaran Injil (KPI) dan Komisi Musik Gerejawi (MUGER).

Melalui kerja KPI, GKI Jatim Diponegoro mengembangkan sayapnya dengan membuka pos-pos PI sebagai berikut :

² Pos PI/Kebaktian Minggu di Rumah Usiawan Panti Surya Jemur Andayani Surabaya, Kebaktian Pembukaan pada tanggal 22 September 1974

² Pos PI di Probolinggo bekerja sama dengan GKI Pasuruan, Kebaktian Pembukaan pada tanggal 9 Februari 1979

² Pos PI di Porong, Kebaktian Pembukaan pada tanggal 19 Juli 1981

² Pos PI di Pacet bekerja sama dengan GKI Mojokerto, Kebaktian Pembukaan pada tanggal 29 Maret 1982

² Pos PI/Kebaktian Minggu di YPAK Lydia jalan Gayungsari Surabaya, Kebaktian Pembukaan pada tanggal 13 Nopember 1983

² Pos PI/Kebaktian Minggu di Darmo Permai Surabaya, Kebaktian Pembukaan pada bulan Januari 1985

Di setiap pos PI tersebut, secara rutin diadakan Kebaktian Sekolah Minggu dan Kebaktian Minggu (umum) yang diatur oleh Majelis Gereja bekerja sama dengan KPI.

Para mantan Majelis Gereja seperti Bp. Adi Subrata dan Bp. Kwee Kok Gan alm. pantas dikenang sebagai pelayan-pelayan Tuhan yang berjerih payah dalam melahirkan pos-pos PI tersebut.

Selain itu, juga ada Ibu Betty Kwee alm. yang perannya sangat besar sebagai pengasuh remaja dalam segala aktivitasnya. Pelayanannya sebagai pendamping remaja sungguh mendatangkan berkat bagi remaja dalam pertumbuhan imannya.

Dalam masa pertumbuhannya, GKI Jatim Diponegoro telah mendewasakan cabangnya di Sidoarjo menjadi gereja yang mandiri, yang disebut GKI Jatim Sidoarjo. Kebaktian Pendewasaan dipimpin oleh Pdt. Yahya Kumala dan sekaligus dilakukan Peneguhan Majelis GKI Jatim Sidoarjo yang pertama.Kebaktian pendewasaan dilaksanakan 19 Mei 1977.

Pada tanggal 22 Juni 1984, dilaksanakan peletakan batu pertama untuk pembangunan gedung gereja di Pos PI Pacet.

Pelayanan Pdt. Yahya Kumala juga besar sekali artinya dalam menggembalakan jemaat. Yang sangat istimewa dalam pelayanannya adalah beliau sangat rajin berkeliling mengunjungi jemaat dan besar kepeduliannya terhadap jemaat yang sedang sakit. Hal inilah yang tidak pernah dapat dilupakan oleh jemaatnya hingga saat ini. Saat itu, beliau didampingi oleh Tua-tua Tugas Khusus Sientesia Sriyono.

Bentuk pelayanan di GKI Jatim Diponegoro makin hari makin meningkat, seiring dengan bertambahnya jemaat yang harus dilayani. Oleh karena itu, Majelis Gereja dalam rapatnya memutuskan untuk mengambil seorang pendeta lagi dan akhirnya terpilih Pdt. Agus Susanto yang saat itu melayani di Sukaraja, Jawa Tengah. Pdt. Agus Susanto diteguhkan sebagai pendeta GKI Jatim Diponegoro pada tanggal 7 Juli 1981.

Dengan hadirnya Pdt. Agus Susanto, maka pelayanan di komisi-komisi dapat lebih diperhatikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Masa Berkembang (1985 – 1994)

Pada masa-masa perkembangan, GKI Jatim Diponegoro mendapatkan tambahan anggota jemaat yang cukup besar dan tersebar di daerah pos PI, baik yang ada di dalam kota (Jemur Andayani, Gayungsari, Darmo Permai) maupun yang ada di luar kota (Sepanjang, Porong, Pacet dan Probolinggo). Tentu saja, makin bertambah pula tugas pelayanan Majelis Gerejanya serta kegiatan gerejawi, yang rutin dan yang insidentil.

Pada awal tahun 1986, Pdt. Agus Susanto menerima panggilan pelayanan dari GKI Kebayoran Jakarta. Majelis Gereja melalui sebuah keputusan rapatnya memutuskan untuk segera mencari penggantinya. Setelah dilakukan Visitasi, akhirnya diputuskan untuk memanggil Pdt. Benyamin Gunawan yang saat itu melayani di GKI Jatim Sidoarjo. Pdt. Benyamin Gunawan menerima pemanggilan tersebut dan diteguhkan sebagai pendeta GKI Jatim Diponegoro pada tanggal 6 Agustus 1986.

Setelah selama 12 tahun mengemban pelayanan di GKI Jatim Diponegoro, Tua-tua Tugas Khusus Sientesia Sriyono diproses pemanggilannya untuk menjadi pendeta GKI Jatim Diponegoro. Beliau menerima pemanggilan tersebut dan ditahbiskan sebagai pendeta pada tanggal 23 Maret 1987.

Pos PI/Kebaktian Minggu di Gayungsari, Jemur Andayani dan Darmo Permai sesuai dengan perkembangannya akhirnya diproses peningkatan statusnya dari pos-PI menjadi jemaat cabang sesuai dengan Tata Gereja GKI yang berlaku, pada tanggal 17 Maret 1987.

Tiap-tiap cabang dikelola oleh satu panitia yang terdiri atas anggota Majelis Gereja yang berdomisili di cabang masing-masing ditambah dengan anggota jemaat yang mau terlibat.

Majelis Gereja GKI Jatim Diponegoro terus berupaya meningkatkan pelayanannya, dan sesuai dengan kebutuhan akan adanya gedung gereja di cabang masing-masing, maka direncanakan untuk membangun gedung gereja secara bergiliran.

Peletakan batu pertama dalam masa ini telah dilakukan sebagai berikut :

17 Juli 1988 di cabang Jemur Andayani

19 Nopember 1992 di cabang Darmo Permai

17 September 1995 di cabang Gayungsari

Ibadah Syukur Peresmian Selesainya Pembangunan Gedung Gereja

ù 22 Maret 1985 di pos Pacet

ù 31 Mei 1990 di cabang Jemur Andayani

ù 9 Nopember 1993 di cabang Darmo Permai

Sementara itu, pembangunan gedung gereja di cabang Gayungsari yang baru sampai pada pembangunan kerangkanya terpaksa dihentikan, karena belum mendapat dukungan dari masyarakat disekitarnya dan hingga sekarang masih menunggu berita baru yang memberi harapan kepada kita semua untuk dapat melanjutkan pembangunannya.

Untuk pengembangan di cabang Sepanjang, Majelis Gereja merasa perlu menyediakan seorang tenaga tetap dan melalui keputusan rapat majelis, dipilih Pdt. Triatmoko Adipramono menjadi calon pendeta di sana. Pada tanggal 1 Nopember 1987, Sdr. Triatmoko Adipramono diteguhkan sebagai Tua-tua di GKI Jatim Diponegoro cabang Sepanjang.

Memantau adanya kebutuhan pertemuan dan kegiatan untuk orang tua usia lanjut, Majelis Gereja GKI Jatim Diponegoro memutuskan membentuk Komisi Lansia pada tahun 1989.

Pada tahun 1990, Pdt. Yahya Kumala mengajukan permohonan untuk memasuki masa emeritasi yang lebih cepat dari ketentuan. Kebaktian Emeritasi diselenggarakan pada tanggal 14 Februari 1990.

Seiring dengan lebih meluasnya wilayah dan jumlah jemaat yang dilayani, maka sangat dirasakan adanya kebutuhan penambahan pengerja. Rapat Majelis memutuskan memilih Sdr. Robert Setio untuk menjadi calon Pendeta baru bagi GKI Diponegoro. Pada tanggal 9 April 1989, dilakukan Kebaktian Peneguhan sebagai Tua-tua Tugas Khusus atas Sdr. Robert Setio. Di masa menjalani pelayanannya, Sdr. Robert Setio mendapatkan bea-siswa untuk studi lanjut di Skotlandia selama ± 3 tahun. Dan selama Sdr. Robert Setio melakukan studi lanjut, Majelis Gereja meminta kesediaan Sdri. Kristiani D. Wardhani untuk membantu membina Komisi Remaja dan pada tahun 1992, Sdri. Kristiani D. Wardhani diteguhkan sebagai Penatua Tugas Khusus.

Pada tahun 1993, Sdr. Robert Setio kembali ke Indonesia dengan membawa gelar Ph.D.. Mulai 19 April 1993 aktif kembali di GKI Diponegoro dan ditahbiskan sebagai pendeta pada tanggal 12 Oktober 1994. Ptk. Kristiani D. Wardhani mengakhiri masa pelayanannya pada tahun 1996.

Melihat pertumbuhan di cabang masing-masing yang sangat baik dan dalam waktu dekat dapat dilepaskan menjadi jemaat yang mandiri/dewasa, Majelis Gereja melakukan pembekalan-pembekalan dalam hal organisasi gereja, penggembalaan, diakonia maupun dalam hal administrasi gereja. Pendeta pengasuh di cabang Sepanjang, cabang Darmo Permai dan cabang Jemur Andayani dipercayakan kepada Pdt. Benyamin Gunawan dan di cabang Gayungsari dipercayakan kepada Pdt. Sien Sriyono.

Pendewasaan Cabang

Setelah dilakukan proses berdasarkan Tata Gereja yang berlaku, maka dilakukan Kebaktian Pendewasaan di cabang-cabang yang ada :

ù 8 Maret 1990, Kebaktian Pendewasaan menjadi GKI Jatim Sepanjang dipimpin oleh Pdt. Benyamin Gunawan

ù 8 Oktober 1990, Kebaktian Pendewasaan menjadi GKI Jatim Jemur Andayani dipimpin oleh Pdt. Benyamin Gunawan

ù 9 Nopember 1994, Kebaktian Pendewasaan menjadi GKI Jatim Darmo Permai dipimpin oleh Pdt. Benyamin Gunawan

Masa Peningkatan Kinerja (1995 – …..)

Bila selama lebih dari dua puluh tahun GKI Jatim jalan Diponegoro sibuk membangun dan mengembangkan jemaat sehingga hasilnya dapat terlihat lewat beberapa jemaat yang sudah didewasakan sebagai buah pengembangannya, maka dalam kurun ini, fokus perhatian lebih tercurah ke dalam. Melalui pembidangan dalam struktur kemajelisan, pembangunan Gedung Serbaguna untuk melengkapi sarana pelayan jemaat maupun upaya pembangunan jemaat dalam hal kualitas. Seperti tanaman yang sudah tumbuh memerlukan perawatan / pemeliharaan yang baik, demikian pun kehidupan jemaat di masa ini.

Perjalanan lebih dari dua puluh tahun “melahirkan dan membesarkan anak-anaknya” membuat GKI Diponegoro ibarat “biji gandum yang berkorban dengan jatuh ke tanah dan mati agar menghasilkan buah-buah”. Tidak terasa banyak hal “di dalam” yang menjadi kebutuhan pelayanan jemaat yang terabaikan karena kesibukan mengembangkan diri ke luar. Oleh sebab itu pada masa ini konsentrasipun diarahkan pada hal-hal yang menjadi kebutuhan di dalam kehidupan jemaat. Disamping pemahaman bahwa ber-PI pada zaman ini tidak hanya mengkristenkan orang sebanyak mungkin tapi tidak kalah penting bagaimana membuat orang banyak se-kristen mungkin atau orang kristen menjadi sungguh-sungguh kristen. Oleh sebab itu pembenahan di sana-sini dilakukan sebagai bentuk peningkatan kinerja jemaat GKI Diponegoro.

Dengan banyaknya ragam pelayanan di jemaat Diponegoro, maka dirasakan perlu adanya pembagian tugas di antara para majelis supaya Rapat Pleno menjadi lebih efisien dan semua masalah dapat dilayani dengan baik. Maka mulai tahun 1995, tugas kemajelisan dibagi menjadi 4 (empat) bidang, yaitu :

Bidang I : Persekutuan dan Ibadah

Bidang II : Kesaksian dan Pelayanan

Bidang III : Pembinaan Warga Gereja

Bidang IV : Penatalayanan

Setelah berjalan ± 4 tahun, pada bulan Agustus 1999 pembidangan ini ditinjau kembali dan mengalami sedikit perubahan menjadi :

Bidang I : Persekutuan dan Ibadah

Bidang II : Oikoumene dan Kemasyarakatan

Bidang III : Pembinaan Warga Gereja

Bidang IV : Sarana dan Prasarana

Pada saat yang sama, diberlakukan juga Pedoman Tata Kerja dan Struktur Organisasi Majelis Jemaat.

Majelis juga memikirkan bagaimana supaya segala kegiatan dapat terencana dengan lebih baik dan dapat melibatkan lebih banyak jemaat, maka dibentuk Panitia Semester I untuk periode Januari sampai Juni dan Panitia Semester II untuk periode Juli sampai Desember. Melalui pengalaman beraktivitas di Panitia Semester ini, Majelis berharap dapat menemukan wajah-wajah baru yang nantinya mau ikut ambil bagian dalam pelayanan-pelayanan selanjutnya secara tetap/rutin baik itu di komisi ataupun di kemajelisan. Semakin banyak jemaat yang terlibat dalam pelayanan, semakin terbangunlah rasa memiliki di GKI Diponegoro.

Kalau sebelum ini, GKI Diponegoro berkonsentrasi melakukan pengembangan melalui pos-pos PI, peningkatan menjadi cabang-cabang dan pendewasaan menjadi Jemaat Setempat, sekarang ini sudah waktunya GKI Diponegoro memikirkan pembenahan untuk di Diponegoro sendiri. Ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh Majelis dan komisi yang saling berbenturan, sementara tempat yang ada sangat terbatas sehingga seringkali salah satu pihak harus mengalah dan mencari waktu atau kesempatan lain. Belum lagi Kebaktian Sekolah Minggu yang diadakan di beberapa tempat dengan menyewa rumah/tempat tinggal dan juga meminjam gedung SD Petra di jalan W.R. Supratman, juga menuntut adanya tempat yang lebih representative.

Setelah mengumpulkan masukan-masukan dari warga jemaat serta keinginan untuk menyelesaikan masalah yang ada, maka diputuskan untuk segera melakukan pembangunan Gedung Serbaguna di lokasi belakang gereja yang semula adalah rumah pastori dan ruang untuk kegiatan olah-raga. Panitia Pembangunan Gedung Serbaguna segera dibentuk. Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan sebuah pergumulan seberapa banyak ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan jangka panjang, akhirnya diputuskan membangun Gedung Serbaguna berlantai empat.

Sementara proses pembuatan gambar baru diselesaikan, datanglah masa krisis moneter, yang membuat anggota Panitia menjadi ragu-ragu, mampukah GKI Diponegoro mendanai pembangunan sebuah gedung berlantai empat tersebut. Pro dan kontra terjadi, sampai akhirnya terjadi pergantian kepanitiaan, Majelis membentuk Panitia yang baru. Semula Panitia yang baru ini memutuskan membangun Gedung Serbaguna berlantai empat, tetapi pembangunan di lantai tiga dan empat hanya kerangkanya saja, dengan pemikiran bila dana tidak mencukupi, kebutuhan ruangan untuk sementara dapat ditampung di lantai satu dan dua. Mengingat krisis moneter yang sedang terjadi dan sangat mempengaruhi kemampuan jemaat berpartisipasi dalam pendanaannya. Tetapi Panitia juga percaya, bahwa pertolongan dan campur tangan Tuhan akan menyertai usaha pembangunan tersebut.

Pada tanggal 19 Mei 1999 dilakukan Kebaktian Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Serbaguna. Ternyata pembangunan dapat berjalan dengan baik dan yang patut disyukuri bahwa segi pendanaannya pun tercukupi sehingga pembangunan dapat diselesaikan sebanyak empat lantai. Tuhan memberkati jemaat GKI Diponegoro dengan cara memberikan semangat kepada seluruh jemaat serta simpatisan untuk ikut ambil bagian di dalam pembiayaannya.

Peresmian Gedung Serbaguna dilakukan pada tanggal 16 Mei 2001, tepat dua tahun setelah peletakan batu pertama.

Dengan demikian, sejak saat itu Kebaktian Anak, Kebaktian Remaja, Pembinaan-pembinaan, Rapat-rapat serta aktivitas gereja yang lain dapat diselenggarakan dengan lebih optimal. Kebaktian Anak yang semula dilakukan di beberapa tempat, dapat di sentralisasikan di Gedung Serbaguna tersebut dan sekarang berkembang menjadi 2x waktu kebaktian (pk. 08.00 dan 10.00) dan di tiap-tiap kebaktian ada empat/lima kelas.

Kebaktian Anak yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna tersebut meringankan para orang tua, mereka tidak perlu mengantar secara khusus lagi. Para orang tua dan anak dapat beribadah di tempat yang sama dan pada waktu yang sama pula. Akibatnya, kebaktian pk. 08.00 yang seharusnya untuk jemaat pemuda juga dipenuhi oleh jemaat umum dan kebaktian pk. 10.00 tercatat yang terbanyak dihadiri jemaat.

Pertumbuhan ragam pelayanan di masa ini membuat pertenagaan yang ada (Pdt. Benyamin Gunawan, Pdt. Sien Sriyono dan Pdt. Robert Setio) dirasakan kurang memadai, sementara itu Pdt. Sien Sriyono sudah mendekati masa emeritasinya. Akhirnya GKI Diponegoro mendapatkan tambahan seorang tenaga pelayan baru dengan masuknya Sdri. Claudia S. Kawengian sebagai calon pengerja. Pada tanggal 1 Nopember 1998, Sdri. Claudia S. Kawengian diteguhkan sebagai Penatua Tugas Khusus GKI Diponegoro dan ditahbiskan sebagai pendeta GKI Diponegoro pada tanggal 17 Juli 2000.

Pada masa ini, Fakultas Teologia Universitas Kristen Duta Wacana melalui Sinode Wilayah GKI Jatim meminta kesediaan Majelis Jemaat Diponegoro agar mengizinkan Pdt. Robert Setio menjadi tenaga pengajar di sana. Setelah melalukan beberapa percakapan dengan yang berkepentingan, Majelis Jemaat memberikan izin Pdt. Robert Setio menjadi tenaga pengajar di UK Duta Wacana dan pada tanggal 3 Mei 1999 dilaksanakan Kebaktian Pengutusan sebagai pengajar/dosen di Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.

Tidak lama setelah itu, Pdt. Sien Sriyono memasuki masa emeritasinya dan Kebaktian Emeritasi diselenggarakan pada tanggal 2 April 2001.

Sesuai dengan kebutuhannya, jemaat dewasa pun perlu mendapat perhatian, bukan hanya jemaat wanitanya saja, maka pada bulan April 2001 dibentuk Komisi Dewasa dengan tujuan memberdayakan jemaat kelompok usia dewasa laki-laki dan perempuan. Program-program yang sudah dilakukan oleh Komisi Dewasa sampai saat ini, antara lain : Jalan sehat tiap tiga bulan sekali, pembinaan & ceramah bagi jemaat pasutri, pembinaan bagi keluarga, pertemuan keakraban bagi jemaat pasutri dan jemaat wanita.

Kembali Majelis Jemaat GKI Diponegoro harus memikirkan tenaga pengganti Pdt. Robert Setio yang pergi ke Yogyakarta dan Pdt. Sien Sriyono yang sudah memasuki masa emeritasinya. Tim Pencarian Gembala Baru dibentuk pada tahun 2001.

Ternyata mencari seorang tenaga pengerja baru bukan hal yang mudah, mengingat Sumber Daya Manusia yang ada di wilayah Jawa Timur justru sedang kekurangan. Tim Pencarian Gembala Baru ini bekerja selama ± dua tahun, dan akhirnya Tuhan memberikan bagi jemaat GKI Diponegoro seorang tenaga pengerja yang masih muda, yaitu Pdt. Josafat Kristono yang saat itu melayani di GKI Batu. Setelah melewati prosedur sesuai Tata Gereja yang berlaku, perkenalan dan pemanggilan, Tim menerima Surat Jawaban Pemanggilan dari Pdt. Josafat Kristono yang menyatakan kesediaannya. Kebaktian Peneguhan dilakukan pada tanggal 10 Maret 2003 dipimpin oleh Pdt. Benyamin Gunawan.

Penutup

Dari lintasan perjalanan GKI Jatim Surabaya pada umumnya dan GKI Diponegoro pada khususnya, kita bisa melihat tangan penyertaan dan kasih Tuhan yang sangat nyata. Telah terjadi regenerasi yang berlangsung terus menerus baik di kemajelisan maupun di pelayanan hamba-hamba Tuhan.

Anggota Majelis datang dan pergi silih berganti, mereka semua bersedia melayani dengan sukarela untuk kemuliaan nama-Nya.

Kerja sama selalu dijalin dengan akrab dan erat, semua merasa saling membutuhkan sehingga setiap karya yang ingin dicapai bukanlah untuk diri sendiri. Sampai saat ini kita dapat melihat pula, bahwa para Majelis GKI Diponegoro adalah jemaat yang berdomisili tersebar di seluruh pelosok kota, ada yang tinggal di Citra Raya, Margorejo, Rungkut, Wiyung, Tenggilis, Prapen dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa banyak jemaat yang masih setia beribadah di GKI Diponegoro, kesetiaan mereka patut kita hargai.

Tidak bisa dipungkiri di dalam perjalanan bergereja, pasti ada kendala dan kesulitan, namun masalah apa pun akan bisa diatasi bila semua pihak bersedia bekerja sama dan Tuhan sendiri yang menolong anak-anak-Nya yang dengan setia melayani-Nya. Sebagai gereja-Nya, kita patut bersyukur bahwa Tuhan mau memakai kita semua sebagai alat yang berguna bagi kemuliaan nama-Nya dan bagi sesama yang Tuhan tempatkan dalam perjalanan kehidupan ini.

Marilah kita bertumbuh terus semakin menjadi berkat untuk terus berkarya dengan membina kehidupan bersama yang religius, sehingga kita boleh senantiasa menjadi berkat bagi sesama, siapa pun mereka.

Momen 30 tahun ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk memanfaatkan sebaik-baiknya usaha-usaha mengevaluasi diri, berefleksi bersama dan memberikan yang terbaik bagi DIA, RAJA GEREJA KITA!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Lucky Club Casino Site
LuckyClub Casino is the only UK online casino powered by Microgaming software developer. LuckyClub is luckyclub.live powered by Microgaming software developer. You can join now!£25.00 to £100.00